Postingan

Menyesal kehilangan hidayah

Zaman tempat kita hidup sekarang begitu dinamis. Begitu cepat berubah. Keadaan kemarin sangat berbeda dengan hari ini. Hari ini bisa jauh tertinggal dibanding esok. Tentu, perubahan-perubahan itu berpengaruh terhadap keadaan kita. Seseorang bisa tiba-tiba jadi kaya raya. Bisa juga dari mapan jatuh pailit dan bangkrut. Dampak lainnya juga terjadi pada kondisi hati. Pagi beriman, siapa sangka sore hari menjadi kafir. Pagi kafir, sore hari mendapat hidayah. Dulu, di zaman dimana perubahan dan efek yang ditimbulkannya tidak sedahsyat sekarang, Rasulullah  shallallahu ‘alaihi wa sallam  telah berbicara tentang cepatnya perubahan kondisi hati. لَقَلْبُ ابْنِ آدَمَ أَسْرَعُ تَقَلُّبًا مِنَ الْقِدْرِ إِذَا اسْتَجْمَعَتْ غَلَيَانًا “Sungguh hati anak Adam itu lebih cepat berubah daripada (getaran) ketel di saat mendidih.”  (as-Sunnah oleh Ibnu Abi Ashim, No: 182). Perhatikanlah teko saat air di dalamnya mencapai titik didih. Tutupnya bergetar. Bergeser dari posisinya semula. Uap air yang

Terdepan didalam Mencari Ilmu Agama

Para ulama  salaf  kita adalah orang-orang yang sangat bersemangat dalam mendatangi pengajian. Mereka berlomba-lomba menjadi orang yang pertama kali mendatangi majelis ilmu dan tidak ingin terlambat sedetik pun. Di antara mereka bahkan rela menunggu sehari sebelumnya agar tidak terlambat dalam menuntut ilmu. Kisah Syaikh Abdullah bin Hamud Az-Zubaidi Syaikh Abdullah bin Hamud Az-Zubaidi  rahimahullah  menuntut ilmu dan berguru kepada Syaikh Abu Ali Al-Qooli  rahimahullah.  Syaikh Abu Ali mempunyai kandang hewan di samping rumahnya. Beliau mengikat hewan-hewannya di dalamnya. Pada suatu ketika, muridnya, yaitu Syaikh Abdullah Az Zubaidi  rahimahullah  tidur di kandang hewan tersebut agar dapat mendahului murid-muridnya yang lain untuk menemui Syaikh Abu Ali sebelum mereka berkumpul belajar di sekeliling beliau supaya dia bisa bertanya sebanyak-banyaknya sebelum teman-temannya yang lain berkumpul. Maka  qadarulloh Ta’ala,  pada suatu malam Syaikh Abu Ali keluar dari rumahnya menje

Kisah Syuraikh Al Qadhi

Ini Syuraih al-Qadhi bersama istrinya. Syuraih adalah seorang tabi’in yang ditunjuk oleh Umar bin Khattab menjadi pejabat hakim di wilayah kekhalifahan Islam. Setelah Syuraih (seorang tabi’in) menikah dengan seorang wanita bani Tamim, dia berkata kepada Sya’bi (seorang tabi’in), “Wahai Sya’bi menikahlah dengan seorang wanita bani Tamim karena mereka adalah wanita.” Sya’bi bertanya, “Bagaimana hal itu?” Syuraih bercerita, “Aku melewati kampung bani Tamim. Aku melihat seorang wanita duduk di atas tikar, di depannya duduk seorang wanita muda yang cantik. Aku meminta minum kepadanya.” Wanita itu berkata kepadaku, “Minuman apa yang kamu sukai?” Aku menjawab, “Seadanya.” Wanita itu berkata, “Beri dia susu. Aku menduga dia orang asing.” Syuraih berkata, “Selesai minum aku melihat wanita muda itu. Aku mengaguminya. Aku bertanya kepada ibunya tentang wanita itu.” Si ibu menjawab, “Anakku.” Aku bertanya, “Siapa?” (maksudnya siapa ayahnya dan bagaimana asal usulnya). Wanita i